Batako: Material Dinding Kokoh yang Masih Jadi Andalan Sampai Sekarang
Batako dikenal sebagai bahan bangunan yang kuat, mudah dipasang, dan hemat biaya. Yuk, kenali sejarah, jenis, kelebihan, dan cara memilih batako yang tepat untuk bangunanmu.
Batako: Si Bahan Lama yang Masih Setia di Dunia Bangunan
Kalau kamu pernah lewat proyek rumah dan dengar suara cetok-cetok khas tukang lagi nyusun tembok, kemungkinan besar mereka lagi main sama batako.
Balok abu-abu yang satu ini udah jadi bahan wajib di dunia bangunan — dari rumah sederhana sampai ruko, semuanya pernah disusun dari batako.
Aku inget waktu kecil sering main di rumah yang baru dibangun sebelah rumahku.
Waktu itu aku tanya ke tukangnya, “Pak, ini bukan bata merah ya?”
Dia senyum, “Nggak, ini batako, lebih cepet pasangnya.”
Dan dari situ aku baru tahu, si batako ini diam-diam udah lama banget jadi tulang punggung dinding di sekitar kita.
Apa Itu Batako?
Batako adalah bahan bangunan berbentuk balok yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan air, kadang ditambah batu kapur halus atau abu batu.
Setelah dicetak, batako dikeringkan — bisa dengan cara alami (diangin-anginkan) atau pakai mesin press.
Secara umum, batako dipakai buat dinding non-struktural (nggak menahan beban utama), tapi kuat banget buat sekat ruangan, pagar, atau tembok rumah.
Sejarah Batako
Batako mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda.
Waktu itu, material ini dipakai buat bangunan-bangunan besar karena lebih praktis dan cepat dibanding bata merah.
Setelah masuk era modern, batako makin populer karena produksi dan pemasangannya hemat waktu — cocok buat proyek massal seperti perumahan.
Pembuatan Batako
Campuran semen dan pasir dimasukkan ke dalam cetakan, lalu dipadatkan (biasanya dengan mesin).
Setelah itu, batako dijemur hingga kering dan keras.
Ada juga batako yang dibakar, tapi jenis ini sekarang jarang karena prosesnya butuh energi besar.
Hasil akhirnya adalah balok kokoh, berwarna abu-abu, dengan permukaan agak kasar dan sering berlubang di tengah — biar lebih ringan dan hemat bahan.
Jenis-Jenis Batako
- Batako Semen (batako press)
Paling umum, terbuat dari campuran semen dan pasir.
Kelebihan: kuat, cepat dipasang, hasil rapi.
Kekurangan: bisa retak kalau kualitas adonan jelek.
- Batako Putih (kapur pasir)
Terbuat dari kapur, pasir, dan sedikit semen.
Kelebihan: lebih ringan dan tahan panas.
Kekurangan: kurang kuat dibanding batako semen.
- Batako Berongga
Ada lubang di tengah untuk mengurangi berat dan membantu sirkulasi udara.
Kelebihan: hemat bahan, adem.
Kekurangan: lebih rapuh kalau dipasang di area bertekanan tinggi.
Kelebihan Batako
- Ukurannya besar → pemasangan lebih cepat.
- Kuat dan tahan lama.
- Cocok untuk dinding besar dan pagar.
- Permukaan halus, plesteran lebih irit.
- Harga relatif murah.
Kekurangan Batako
- Kurang tahan air → bisa lembap kalau nggak diplester rapat.
- Mudah retak kalau kualitas adonan kurang bagus.
- Isolasi suara dan panas kurang maksimal dibanding hebel.
Tapi buat bangunan sederhana atau proyek cepat, batako tetap jadi pilihan yang susah disaingi.
Harga Batako Terkini
Harga batako tergantung ukuran dan kualitasnya, tapi kisarannya:
- Batako press: Rp3.000 – Rp5.000 per buah
- Batako putih: Rp2.500 – Rp4.000 per buah
Satu meter persegi dinding biasanya butuh sekitar 8–10 batako.
Tips Memilih Batako yang Bagus
- Pilih batako yang padat dan nggak mudah hancur.
Coba ketuk sedikit — kalau bunyinya nyaring, tandanya padat.
- Perhatikan warna dan teksturnya.
Warna abu-abu merata dan permukaan halus biasanya tanda kualitas bagus.
- Jangan tergiur harga murah.
Batako murah kadang adonannya kebanyakan pasir, jadi cepat retak.
Penutup: Si Klasik yang Nggak Pernah Ketinggalan Zaman
Di tengah munculnya bahan-bahan modern seperti hebel dan panel ringan, batako tetap punya tempat tersendiri di dunia bangunan.
Dia bukan yang paling canggih, tapi selalu bisa diandalkan — kuat, hemat, dan familiar buat tukang mana pun.
Jadi kalau kamu lagi bangun rumah dan butuh dinding yang kuat tapi tetap ekonomis,
ya… si batako ini mungkin bukan yang paling baru, tapi jelas yang paling setia.
Karena kadang, yang klasik justru yang paling tahan waktu.